Keceriaan yang abadi

Sumber foto : cdn.timesmedia.co.id

Sebelumnya aku sebagai anak desa, tak pernah peka ataupun peduli dengan keindahan dan kenikmatan tinggal di desa. Waktu aku kecil hanya bermain sampai lupa waktu. Main ke sawah, kebun, atau pun hanya diluar rumah sekedar bermain congklak, petak umpet, boyboy-an atau pecle. Sungguh rutinitas itu sangat kurindukan. Apalagi setelah aku menyadari sekarang rutinitas itu jarang sekali dilakukan lagi di desaku. Sungguh aku sangat rindu moment itu.

Waktu aku mengenyam pendidikan untuk ke jenjang lebih tinggi di kota besar. Semuanya berbeda dengan di desa. Di desa hiburan terbaik adalah pasar malam, sedangkan di kota ada wahana permainan yang begitu besar. Begitu pula dengan perbandingan Mall dan pasar. Tentunya, bisa dibayangkan sendiri, apa perbedaannya. Dulu aku ingin sekali tinggal dan hidup di kota yang serba ada , tapi setelah aku pikir…

Orang desa dengan kesederhanaannya akan merasa cukup dan bahagia dengan apa yang ada. Orang kota akan merasa bahagia dengan apa yang telah mereka upayakan dengan kerja kerasnya.
Sebenarnya, orang desa dan orang kota sama saja. Perbedaannya adalah ego dan sudut pandang masing masing.

Aku pernah berpikir "Mengapa orang-orang yang berada di desa terlalu nyaman untuk tinggal?" "Kenapa tidak pindah ke kota?" atau sekedar melakukan apa yang aku juga sedang lakukan. "Apakah mereka tidak memiliki keinginan untuk bahagia?" 

Namun setelah aku pikir, kebahagiaan yang aku ekspektasikan hanya kebahagiaan materi. Dibalik orang yang tinggal di desa--walaupun baru sekarang aku menyadari itu. Mereka sangat pandai bersosialisasi, sangat bahagia dengan apa yang ada, pandai mengolah hasil alam, dan bercanda ria. Sesederhana itu keceriaan mereka tetapi sangat abadi.

Menurutku, apa yang ada di kota--dengan segala fasilitasnya. Itu sebanding dengan kebutuhannya karena orang-orang kota yang sangat bekerja keras jadi merekapun pantas untuk mendapat fasilitas itu dan jumlah warganya pun sangat banyak berbeda dengan di desa.

Yang terpenting dari itu semua adalah pilihan hidup. Pilihan hidup bahwa apakah kamu akan menjadi orang baik atau buruk. Pilihan kamu akan bahagia atau tidak dan pilihan apakah kamu mensyukuri hidup ini atau tidak. Bagiku, dengan aku pindah ke kota bukan untuk mencari kebahagiaan berbentuk materi tetapi untuk mencari pengalaman dan perbedaan dalam hidup ini, mencari manisnya apa yang telah Allah SWT ciptakan untuk hambanya. Mensyukuri hidup karena kebahagiaan sejatinya ada dalam diri setiap manusia dimanapun dia berada.

Komentar

Popular Posts

Ringkasan Novel Sunda "Lain Eta" Karya Moh.Ambri

Spektrofotometri (Hukum Lambert Beer)

Circular Economy